Rutinitas yang sedang
saya, atau mungkin kamu juga tekuni, kuliah. Semakin naik tingkat,
waktu istirahat pun semakin singkat. Bagaimana tidak, kian waktu dosen
semakin bejibun memberikan berbagai tugas yang harus dikerjakan dalam
waktu yang ditentukan, pula dengan schedule dan kesibukan yang tidak
ditentukan. Semua itu membuat mahasiswa sibuk dengan pikiran tentang
tugas. Walaupun ada yang disibukkan dengan nugas, pun ada yang melulu
disibukan dengan pikiran tentang tugas, dikerjainnya mah engga, nanti
aja kalau mepet. Seperti-saya-hehehe. Tapi ga sering ko, bener.
“Ya
Allaah, AKU MAH PINGIN NIKAH AJA”. Begitulah ucapan yang akhir-akhir
ini sering saya dengar dari teman-teman di kampus. Utamanya jika kita
sedang berada dalam suatu bulatan mengerjakan suatu tugas kelompok.
Kalau tugasnya tidak simple, entah itu pertanyaannya yang banyak, susah
ditemukan jawabannya, atau dirinya sedang dihinggapi rasa malas,
begitulah mulutnya berbicara. Pingin nikah aja. Seolah menikah adalah
fase untuk istirahat dari berbagai masalah.Mungkin dia lelah. Lelah akan segala tektek bengek perkuliahan. Tugas yang menggunung, godaan malas yang mendera, dosen yang tak sepemikiran, teman yang bermacam karakter, organisasi, dan lain-lain. Padahal, kata imam syafi’i; “bila kamu tak tahan lelahnya belajar, maka kamu akan menanggung perihnya kebodohan”.
Pun menikah. Kata seseorang yang ketika itu sedang ngobrol dengan saya, mengatakan bahwa menikah itu bukan suatu ajang untuk melepas berbagai kepenatan hidup, justru menikah harus lebih membutuhkan kesiapan dan kedewasaan mental yang lebih, menikah itu salah satu sekolah hidup. Dan saya setuju. Saya menimpali, membetulkan tanggapannya dan mengatakan bahwa, justru ilmu lah yang penting kita cari sekarang, karena apa, karena segalanya membutuhkan ilmu, “jangan beramal tanpa ilmu”. Belum lagi urusan yang makin terbagi-bagi, karena menikah bukan lagi hanya tentang aku, tapi kita, keluarga. Apalagi perempuan, “tanah yang baik akan mengahasilkan tanaman yang baik”.
Tidak berarti kontra pada pernikahan saat masih mahasiswa, tapi lebih ke rengekan “pingin nikah aja” saat mencari ilmu, can you stop it and fight first for having knowledge, insight and experience (?) :D